Peran MPASI dalam Cegah Stunting, Perhatikan Gizi Ini

Berita24 Dilihat

Rabu, 1 November 2023 – 13:52 WIB

VIVA Lifestyle – Indonesia akan menghadapi bonus demosgrafi dikenal sebagai Generasi Emas 2045. Namun sayangnya, Indonesia masih belum lepas dari masalah malnutrisi seperti stunting, wasting, dan underweight.

Baca Juga :

Butuh Rp 400 T, Gerindra Sebut Prabowo Sudah Siapkan Cara Biayai Program Makan-Susu Gratis

Belum lagi dengan masalah malnutrisi tipe lain yaitu gizi berlebih atau obesitas. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia tahun 2022, sebanyak 21,6 persen Balita, atau 1 dari 5 anak mengalami stunting, sementara 7,7 persen Balita, atau 1 dari 12 anak mengalami wasting.

Menurut, Dokter Spesialis Anak yang ahli dalam bidang Tumbuh Kembang Sosial, Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K) pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan program 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Yaitu upaya untuk menjaga kesehatan dan gizi seorang anak sejak dalam kandungan sampai berusia dua tahun, karena periode ini merupakan periode paling penting dan krusial dalam perkembangan seorang anak hingga dewasa.

Baca Juga :

Ministry Launches Health Children Movement to Address Stunting

Seringkali seorang anak belum akan mengalami kondisi wasting atau stunting pada usia 6 bulan pertama kehidupan karena kebutuhan nutrisinya masih mudah dipenuhi dengan pemberian ASI. Akan tetapi, pada usia 6 bulan saat anak mulai dikenalkan dengan MPASI, seringkali kenaikan berat badan dan tinggi badan seorang anak menjadi tidak optimal.

Baca Juga :

Peningkatan DPK hingga Investasi Topang Kredit Perbankan Tumbuh 8,96 % September 2023

“Baiknya sejak pemberian MPASI, ibu sudah mulai mengenalkan anak dengan beraneka ragam makanan dan rasa, karena akan mempengaruhi selera makan anak hingga dewasa nanti,” katanya dalam keterangan tertulis.

Kandungan gizi MPASI yang baik harus mencukupi zat gizi makro dan mikro. MPASI harus memiliki kandungan karbohidrat, lemak dan protein, terutama protein hewani yang tinggi zat besi.  Zat besi adalah salah satu  elemen kunci dalam optimalisasi periode 1.000 HPK, termasuk untuk pencegahan stunting.

Baca Juga  PKB dan PAN Ada di Barisan Koalisi, Prabowo Bisa Menguat di Segmen Pemilih NU-Muhammadyah

Saat ini sebagai upaya untuk memudahkan dan memenuhi kebutuhan MPASI bayi, sudah banyak produk MPASI fortifikasi. MPASI fortifikasi adalah produk MPASI yang sudah diberikan penambahan nutrisi zat gizi makro dan mikro sesuai dengan rekomendasi dari CODEX milik FAO dan WHO.

Sebuah studi mengungkapkan bahwa bayi yang mengonsumsi MPASI homemade menunjukkan kadar hemoglobin, serum feritin, dan zat besi serum yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan MPASI fortifikasi.

“Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi mengalami kekurangan berat badan, stunting, dan wasting dibandingkan bayi dengan MPASI fortifikasi,” tambah dr. Rini.

Di Indonesia, MPASI fortifikasi juga dalam pengawasan ketat dari BPOM yang tidak mengizinkan MPASI fortifikasi mengandung pengawet, pewarna atau perisa serta tidak boleh memiliki kandungan gula dan garam yang tinggi.

Banyaknya fenomena ibu yang bekerja dan sulit memastikan pembuatan MPASI yang baik, membuat MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan dalam memenuhi kebutuhan gizi bayi. Salah satu keunggulan MPASI fortifikasi adalah memiliki kandungan vitamin dan mineral terutama besi yang sudah mencukupi kebutuhan bayi, sehingga orang tua tidak perlu repot menghitung kandungan vitamin dan mineral dalam MPASI buatan rumah, karena sudah terjamin dipenuhi oleh MPASI fortifikasi. Bagi orang tua yang memiliki keterbatasan waktu dan khawatir dalam memenuhi kebutuhan zat gizi makro dan mikro anak, MPASI fortifikasi dapat menjadi pilihan bagi si kecil.

Halaman Selanjutnya



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *